Doa dan Kehidupan di Dalam Kristus
Tolong! (Mazmur 31)
Sungguh aneh dan menyedihkan, banyak orang Kristen
berpendapat bahwa dengan berdiam diri sambil merenung tentang Allah
merupakan suatu bentuk doa yang lebih baik daripada mengajukan
permohonan-permohonan kepada Allah. Luther telah lama membuang pikiran
semacam itu karena ia melihat bahwa tidak ada aktivitas yang sebegitu
menghormati Allah daripada membawa kebutuhan-kebutuhan kita kepada-Nya
dan meminta pertolongan-Nya. Melalui tindakan itu, kita mengakui bahwa
kita tidak mampu hidup mandiri serta mencukupi segala kebutuhan kita
sendiri, dan kita senantiasa bergantung kepada-Nya untuk segala sesuatu
yang kita perlukan. Meskipun hal ini acap kali berlawanan dengan yang
suka kita pikirkan, yaitu kita suka mandiri dan kurang bergantung kepada
Tuhan. Alkitab memperlihatkan bahwa semua doa yang benar mengandung
suatu jeritan permintaan tolong. Sering kali, doa-doa kita lebih dari
hal ini dan tidak pernah berkurang, sebab kebutuhan dan ketergantungan
kita kepada Tuhan tidak berubah. Doa yang sejati lahir dari kebutuhan
kita.
Kesakitan, tekanan mental, dan perasaan sendiri
karena banyak orang memusuhi, semuanya mendorong kita untuk datang
kepada Tuhan dan menyerahkan ketidakberdayaan serta kebutuhan kita
kepada-Nya. Karena itu, kebanyakan doa yang terdapat dalam "buku doa
Allah" (kitab Mazmur) berbentuk jeritan permintaan tolong yang timbul
dari pengalaman-pengalaman seperti ini (23, baca juga: Mazmur 3, 6, 22,
23, 25, 30, 35, 38, 41-43, 55-57, 59, 62, 64, 69-71, 77, 88, 102, 109,
120, 142, 143). Mazmur 31 dapat dipakai sebagai contoh untuk
menggambarkan dua pelajaran dasar tentang berapa banyak kita perlu
berdoa dan betapa beruntungnya kita memunyai Allah yang mendengarkan
doa-doa kita.
Perhatikan hubungan perjanjian yang diutarakan dalam
permohonan-permohonan doa Daud. Sepuluh kali ia memanggil Allah dengan
menyebutkan nama perjanjian-Nya, Yahweh, TUHAN. Ia memanggil-Nya:
Allahku, gunung batu, kubu pertahanan, tempat perlindunganku (3, 14) dan
dirinya sendiri "hamba-Mu" (17). Kata ganti orang yang dipakai di sini
bersifat pribadi dan merupakan bahasa perjanjian antara Allah dan
manusia, menandakan perjanjian timbal balik antara kedua pihak. Pemazmur
meminta Allah, pembebas yang setia (6)untuk menyelamatkannya (2, 17,
dst.) dalam kebenaran-Nya -- yakni kesetiaan-Nya kepada janji-Nya (1),
dalam kasih setia-Nya yang tak pernah berubah -- yakni belas kasihan
yang terus-menerus diberikan-Nya di dalam perjanjian (16) dan demi
nama-Nya -- sebab Ia adalah Yahweh, Allah perjanjian yang dimiliki Daud
(13).
Perhatikan keyakinan teguh yang diungkapkan Daud di
dalam doa-doanya. Daud menyadari bahwa seluruh hidupnya berada di tangan
Allah (16). Oleh sebab itu, ia percaya dan berseru kepada Allah (6, 14,
17) untuk menyelamatkannya dari kesengsaraannya (10, dst.) dan dari
kebencian orang-orang di sekitarnya (912, 14, 16, 21, dst.). Daud yakin
bahwa Allah yang pada masa lampau telah menolongnya (8, 22, dst.) mampu
dan akan menolongnya lagi. Dia menganjurkan agar orang-orang kudus lain
juga "berharap kepada Tuhan" dan "menantikan Tuhan" (25) sebagaimana
yang ia lakukan. Perjanjian Allah merupakan dasar keyakinannya.
Anak Allah yang telah menjelma menjadi manusia,
manusia yang sempurna, adalah seorang pendoa. Sebagian dari ayat 6
merupakan doa-Nya yang diucapkan ketika Ia akan mati (Lukas 23:46).
Dapat dipastikan bahwa seluruh isi Mazmur ini tersimpan di dalam
hati-Nya, dan seharusnya tersimpan juga di dalam hati kita.
Bapa (Lukas 11:1-13)
Kepentingan berdoa, seperti yang dirasakan para murid
Yesus ketika mereka meminta Yesus mengajar berdoa, dijelaskan oleh
jawaban Yesus. Alasan pertama untuk berdoa adalah keperluan-keperluan
kita. Bila kita meminta, kita menerima (9, 13). Mereka yang tidak
meminta tidak memiliki (Yakobus 4:2). Alasan kedua, yang sifatnya lebih
mendasar, adalah hubungan kita dengan Allah. Kita harus berpikir tentang
Allah dan berdoa kepada-Nya, sebagai Bapa surgawi kita (2, 11, dst.),
sebab Ia telah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya di dalam Kristus
(Yohanes 1:12). Sebagaimana para ayah mengingini anak-anak mereka
memiliki kerinduan yang besar untuk saling berhubungan. Dia telah
menciptakan dan membebaskan kita dari dosa agar kita dapat mengenal,
mengasihi, dan menikmati persekutuan dengan-Nya. Jadi, alasan pokok yang
membuat Allah menuntut kita datang ke hadapan-Nya dalam doa adalah
supaya kita dapat lebih mengenal-Nya. Kita sepatutnya menyadari bahwa
Sang Pemberi lebih penting daripada pemberian-pemberian-Nya.
Pemberian-pemberian tersebut diberikan kepada kita agar hubungan kita
dengan Sang Pemberi menjadi lebih erat. Setiap pengalaman terjawabnya
doa-doa kita seharusnya makin mempererat persekutuan kita dengan Allah.
Doa Tuhan Yesus di sini lebih singkat dengan yang
ditulis di Matius 6:9-13, merupakan jawaban yang lengkap bagi permintaan
murid-murid-Nya karena doa ini merupakan pola yang sempurna untuk semua
doa orang Kristen. Allah harus diutamakan. Kita harus meminta untuk
kebutuhan material dan rohani kita (3, dst.) sebagai sarana untuk
mendapatkan yang lebih lagi, yaitu kekudusan nama-Nya dan kedatangan
kerajaan-Nya (2). Singkatnya, kita harus menyadari bahwa Ia hanya akan
menjawab doa-doa yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan kita yang
benar-benar dapat membawa kemuliaan bagi nama-Nya. "Makanan kami yang
secukupnya" menunjuk pada kebutuhan material; pengampunan dan
perlindungan (pencobaan berarti suatu ujian yang menunjukkan kelemahan
kita) menunjuk pada semua kebutuhan rohani. Perhatikan bahwa ayat 5-8
berkaitan langsung dengan permintaan sebelumnya, dan ayat 11-13 dengan
permintaan yang selanjutnya.
Bagaimana seharusnya kita berdoa? Segera karena
kebutuhan kita amat mendesak. Dan dengan pengharapan karena Bapa Surgawi
kita baik. Ini adalah pokok pikiran yang dikemukakan dalam
perumpamaan-perumpamaan (dalam bahasa Yunani perumpamaan = perbandingan)
dalam ayat 5-13).
Perhatikan doa yang tidak terjawab dalam ayat 11
dst.. Jika seorang anak meminta seekor ular atau seekor kalajengking
(sesuatu yang buruk baginya), apakah ayahnya tidak akan memberikan
seekor ikan atau sebutir telur kepadanya (sesuatu yang baik baginya)?
Bapa memunyai hak untuk memberikan yang terbaik dan menjawab doa-doa
yang seharusnya kita panjatkan. Bilamana doa-doa kita salah, 2 Korintus
12:7-10 memperlihatkan bagaimana Allah menjawab dengan baik.
Bersama-Sama (Kisah Para Rasul 4:23-31)
Tak perlu diragukan lagi orang-orang Kristen pertama
telah mengadakan persekutuan doa sebelumnya (1:14, 2: 42, 46). Tetapi
baru dalam bagian ini diceritakan kepada kita.
Persekutuan doa yang "bebas" merupakan bentuk dasar
dari persekutuan Kristen. Bersama-sama berbicara kepada Allah,
sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat mula-mula ini (24), seharusnya
berlangsung secara wajar dan spontan. Seperti halnya bila dua orang
bercakap-cakap. Berdoa bersama bagi kebutuhan masing-masing harus
senantiasa menjadi bagian dari pola persekutuan yang dipraktikkan oleh
gereja agar umat Allah bisa saling mendukung dan menolong (29; 12:5;
Efesus 6:18-20). Hati yang dipadukan dalam berdoa dan kemudian dalam
puji- pujian bersama ketika doa kita terjawab merupakan kesukaan Allah
(2 Korintus 1:11). Yesus berjanji bahwa perhatian khusus akan diberikan
pada doa-doa yang dipanjatkan dari dua orang Kristen yang sehati sepikir
(Matius 18:19). Berdoa bersama adalah tugas orang Kristen dan
sepatutnya menjadi kesukaan orang Kristen.
Persekutuan doa khusus ini dan doa-doa yang dinaikkan
oleh orang-orang Kristen saat itu, merupakan suatu reaksi dari aksi
ancaman-ancaman para pejabat yang berkuasa pada waktu itu (21). Seperti
dalam doa-doa yang alkitabiah, mereka mendasarkan doa mereka pada
kenyataan kedaulatan Allah sebagai Pencipta dan Tuhan dari segala
sesuatu (24, 28) dan pada Roh Kudus yang telah memberikan penyataan yang
mewujud dalam Kitab Suci (25-27) -- dalam hal ini Roh Kudus menyatakan
bahwa penguasa-penguasa dunia ini senantiasa menentang raja yang telah
Allah urapi (Mazmur 2:1, dst.). Mereka tidak berdoa agar situasi yang
mereka hadapi berubah, melainkan agar mereka mendapat kekuatan untuk
dapat hidup dan melayani Allah di dalam situasi tersebut. Oleh sebab
itu, mereka tidak minta Allah meredakan ancaman-ancaman yang dilontarkan
kepada mereka atau membuka jalan bagi mereka untuk meninggalkan
Yerusalem. Melainkan agar Allah mengaruniakan keberanian kepada mereka
untuk memberitakan firman-Nya walaupun mereka ditentang. Dan agar Allah
mengulurkan tangan-Nya untuk meneguhkan kesaksian mereka tentang
ketuhanan Yesus melalui tanda-tanda ajaib seperti pada waktu orang
lumpuh di Gerbang Indah Bait Allah disembuhkan (29, dst.; 3:1-10).
Mereka tidak memikirkan keselamatan diri mereka sendiri, melainkan
kepentingan Allah. "Jadilah kehendak-Mu, datanglah Kerajaan-Mu".
Doa ini benar, dan doa ini terjawab dengan begitu
indahnya. Sehingga seolah-olah Pentakosta terulang lagi! Mereka
merasakan tempat mereka berkumpul bergoyang. Ini tanda kekuatan Ilahi
telah dicurahkan ke atas mereka, dan kuasa Roh Kudus bekerja dengan
dahsyat di dalam diri mereka. Mereka bersaksi dengan berani, sebagaimana
telah mereka minta dan inginkan (31). Doa agar kita diberi keberanian
untuk bersaksi akan selalu mendapat jawaban yang positif, beranikah kita
berdoa seperti ini?
Nama-Nya dan Kehendak-Nya (Yohanes 16:23-27; 1 Yohanes 5:13-17)
Kedua bagian Alkitab ini mengandung makna yang dalam
dan sulit ditangkap karena keduanya mengajarkan kita lebih mendalami
kenyataan-kenyataan doa yang lebih jauh lagi.
Keduanya menunjukkan adanya pengalaman doa yang
istimewa yang Bapa surgawi inginkan terjadi pada kita, tentu bukan
kenikmatan yang bersifat mistik, akan tetapi pengalaman yang membuat
sukacita (beberapa dapat menikmati, banyak orang tak mengalami).
Sukacita karena kita menerima apa yang kita minta. Namun kita hanya
dapat menemukan sukacita ini kalau kita belajar meminta dengan benar.
Tujuan dari doa bukanlah untuk memaksa tangan Allah atau membuat-Nya
melakukan kehendak kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Melainkan
untuk memperdalam pengenalan kita akan Dia dan persekutuan kita
dengan-Nya. Dengan cara merenungkan kemuliaan-Nya, mengakui
ketergantungan dan kebutuhan kita, dan secara sadar menghayati
maksud-maksud-Nya. Oleh sebab itu, permintaan kita harus sesuai dengan
kehendak Allah (1 Yohanes 5 :14), dan dinaikkan di dalam nama Yesus
(Yohanes 16, 23 dst.; 14:13; 15:7, 16). Jadi, doa kita harus menyatakan
pengetahuan kita akan kasih karunia dan tujuan-tujuan Allah.
Dasar dari permintaan semacam itu adalah iman yang
pasti. Iman yang dialaskan pada hari itu (Yohanes 16:23), yaitu hari
ketika Yesus bangkit dan dinobatkan kembali ke surga, dan Roh Kudus
datang untuk memberikan "pengertian" kepada manusia agar dapat mengenal
Allah dan kehidupan kekal (1 Yohanes 5 :20, 13). Roh Kudus juga
meyakinkan manusia bahwa kasih yang mereka lihat di dalam diri Yesus
juga merupakan kasih Bapa kepada mereka (Yohanes 16:27). Pada hari itu,
ketika Tuhan Yesus mengajar mereka melalui Roh Kudus secara "terus
terang" tentang Bapa (25), tidak akan muncul lagi pertanyaan tentang
apakah murid-murid harus mendapat dukungan Yesus dalam doa-doa mereka,
seolah-olah Yesus lebih murah hati dari Bapa dan dapat memengaruhi Bapa
pada hal-hal yang tidak dapat dilakukan murid-murid (26). Karena
murid-murid mengetahui, demikian pula setiap orang percaya, bahwa mereka
adalah kesayangan Bapa (27). Inilah hakikat dari jaminan yang dimiliki
oleh Kristen (Roma 8:38).
Meminta dalam nama Yesus sama sekali berbeda dengan
menggunakan kata-kata mantra untuk mengerjakan sesuatu. Melainkan untuk
menunjukkan hubungan yang dekat sebagai pribadi dengan memanggil-Nya
secara khusus. Kita mendasarkan permohonan kita pada hubungan kita
dengan Kristus, Juru Selamat kita, melalui salib-Nya. Dan kita
mengajukan permohonan-permohonan kita karena kita mengenal-Nya dan
mengesahkan serta membubuhkan nama-Nya -- supaya Bapa dipermuliakan di
dalam Anak (Yohanes 14:13). Kemudian, apabila Bapa menjawab, Ia
memberikannya "di dalam nama Yesus" (Yohanes 16:23) -- maksudnya,
melalui Yesus sebagai perantara kita dan kepada Yesus sebagai Pribadi
yang akan dipermuliakan; pula untuk kemuliaan Bapa, melalui segala
sesuatu yang diberikan-Nya kepada kita, hamba-hamba Yesus.
Yang utama untuk memiliki kehidupan doa dan
mengetahui apa yang harus kita doakan adalah meminta Yesus mengajar kita
melalui firman-Nya dan Roh Kudus. Sewaktu-waktu kita diizinkan untuk
mengetahui sesuatu lebih khusus daripada waktu yang lain atau masalah
yang lain. 1 Yohanes 5:16 merupakan contoh dari doa yang diajarkan oleh
Kristus dan dilakukan atas dorongan Roh Kudus. (Yang dimaksud dengan
"dosa yang mendatangkan maut" adalah kemurtadan). Melalui kesaksian Roh
Kudus di dalam kita, kita dapat memperluas apa yang kita tahu sehingga
kita dapat menaikkan permohonan khusus sesuai dengan yang Tuhan inginkan
kita minta dari-Nya. Dan kita dapat mengetahui pula bahwa Tuhan akan
menjawab permohonan kita, meskipun kita belum melihatnya. Jika semua ini
masih merupakan hal yang membingungkan Anda, bawalah masalah ini ke
hadapan Tuhan pada hari ini juga.
Berdoa bagi Orang-Orang Kristen (Kolose 1:3-14)
Paulus dengan teratur berdoa bagi orang-orang
Kristen, dan meminta mereka untuk berdoa baginya (Roma 1:9; 15:30; 2
Korintus 1:11; Efesus 1:16. dst.; 3:14, dst.; 6:18, dst.; Filipi 1:4-11;
1 Tesalonika 1:2; 5:25; 2 Tesalonika 3:1; 2 Timotius 1:3; Filemon 1:4,
dst.; 22). Berdoa bagi sesama Kristen merupakan tanggung jawab utama.
Bagian firman Tuhan ini mengajarkan kepada kita bagaimana memanjatkan
doa-doa tersebut.
Paulus berdoa selaras dengan pemahamannya tentang
tujuan Allah. Rumus yang digunakannya di dalam semua doanya adalah
"kehendak-Mu jadilah". Setelah mendengar tentang iman orang-orang Kolose
di dalam Kristus, kasih yang mereka miliki di dalam Roh Kudus bagi
orang-orang Kristen lainnya, dan pengharapan yang memperkuat keduanya
(4, dst., 8), ia mengetahui bahwa mereka telah masuk dalam rencana
keselamatan Allah (1 Tesalonika 1:3 dst. -- di sini Paulus memaparkan
soal pemilihan yang Allah lakukan berdasarkan iman, pengharapan, dan
kasih). Karena itu, ia berdoa agar semua rencana Allah bagi Kristen
dipenuhkan di dalam hidup mereka, dan meminta Allah untuk mengaruniakan
kepada mereka empat hal, yaitu:
-
Pengetahuan Kristen
Pengetahuan tentang kehendak Allah: rencana, jalan-jalan, dan perintah-perintah-Nya serta diri Allah sendiri (9, dst.). Kata Yunani yang dipergunakan dalam ayat ini berarti "pengetahuan yang penuh, lengkap seperti makna dalam kata "dipenuhi". Di dalam ayat 9, kata "pengertian" berhubungan dengan prinsip-prinsip kebenaran, "hikmat" berhubungan dengan penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan. Ayat 10 menunjukkan bahwa hidup yang layak bergantung pada pengetahuan ini: Siapa tidak mengetahui kehendak Allah, tidak dapat melakukan apa yang Allah kehendaki. Pengetahuan akan Allah akan makin berkembang bila Kristen hidup sesuai dengan pengetahuan yang telah diperolehnya (10, Markus 4:24, dst.). -
Kehidupan Kristen
Kehidupan yang layak di hadapan Kristus Sang Raja (13) yang telah menebus dan menyelamatkan kita (14). Dan kehidupan yang menyukakan hati Allah di segala bidang dan di segala aktivitas (10). -
Kesabaran Kristen
Ketabahan yang penuh sukacita dalam menghadapi cobaan-cobaan yang berasal dari manusia dan situasi-situasi yang dihadapi Kristen. Dengan sukacita yang sungguh sekalipun kesengsaraan bertambah hebat (11). Bukan untuk perkara yang sia-sia apa yang Paulus doakan karena seluruh kekuatan, kuasa, dan kehebatan Allah diperlukan dalam menghadapi kondisi seperti ini! -
Ucapan syukur Kristen
Rasa syukur kepada Allah atas kasih karunia-Nya. Ini merupakan kekuatan utama dalam kehidupan Kristen. Menurut "firman kebenaran" (5), doktrin Kristen adalah kasih karunia dan etika Kristen adalah rasa syukur dalam segala hal.
Kuasa Doa (Yakobus 5:13-18)
Kristen, kata Yakobus, harus berdoa bagi diri sendiri
bilamana mereka mengalami kesulitan (13). Mengapa? Karena pada waktu
berdoa, kita mengalihkan pandangan kita dari kesusahan-kesusahan yang
sedang kita hadapi kepada Allah, Raja yang Maha Penyayang dan penuh
belas kasihan; yang akan membebaskan hamba-hamba-Nya yang menderita
(11). Jadi, doa membuat kita teguh dan kuat; memandang masalah-masalah
yang bersifat sementara dengan pandangan yang mengarah pada kekekalan.
Ini membuat kita memandang masalah-masalah tersebut dalam keadaan yang
sebenarnya (Mazmur 7;, Roma 8:18; 2 Korintus 4:7-18).
Kristen juga harus berdoa bagi Kristen lainnya bila
mereka berada dalam kesulitan (14-16). Orang-orang sakit dapat meminta
pendeta berdoa bagi mereka, dan para penatua gereja harus siap untuk
melakukan hal yang sama bila diminta (14). Tentu saja ini bukan
merupakan kekuatan gaib untuk mendapatkan kesembuhan. Yesus menunjukkan
bahwa sesungguhnya ada kesembuhan jasmani bagi kita di dalam
penebusan-Nya (Matius 8:17). Sikap Tuhan tentang "duri" yang ada di
dalam daging Paulus (2 Korintus 12:7-10) menunjukkan bahwa Ia tidak
selalu menghendaki setiap Kristen senantiasa menikmati kesehatan yang
sempurna di dalam tubuh yang sekarang ini. Bila kelak tubuh yang mulia
telah diperoleh, semuanya akan berbeda! Tetapi kita harus mengerti bahwa
berkat-berkat penebusan dan cara, serta waktu Allah dalam memberikan
merupakan dua hal yang berbeda. Yang dianjurkan oleh Yakobus adalah
berdoa dengan sungguh-sungguh bagi seluruh kebutuhan orang sakit
berdasarkan prinsip bahwa penyakit selalu merupakan panggilan Allah
kepada orang yang bersangkutan untuk menghasilkan kesembuhan seperti
dalam kasus orang lumpuh (Markus 2:3-12). Ini jelas merupakan tindakan
Allah dan membuktikan adanya pengampunan dosa (15). Kesembuhan yang
terjadi ini bukan merupakan tanda bahwa minyak yang digunakan untuk
mendoakan orang sakit tersebut mengandung kuasa. Melainkan untuk
menunjukkan kuasa yang terkandung di dalam doa itu sendiri. Doa bagi
kesejahteraan (kesembuhan) rohani satu sama lain seharusnya tidak hanya
terbatas bagi orang Kristen saja (16).
Iman tidak berarti sikap-sikap kolot yang pasif
sebagaimana yang dilukiskan oleh Yakobus dalam 2:14-16 (14, 18, 20),
tetapi kepercayaan yang aktif (1:6), seperti yang Paulus katakan.
Yakobus dan Paulus berbeda cara berpikirnya, tetapi pengajaran mereka
tidak berbeda.
Jawaban doa bergantung pada:
- Kejujuran dalam motivasi dan hidup (16, 4:3).
- Kesungguhan hati dan ketekunan dalam diri si pendoa (17; 1:5-8).
- Keselarasan doa tersebut dengan maksud-maksud dan jalan-jalan yang Allah nyatakan.
Kisah Elia (1 Raja-raja 17:1; 18:24) dengan jelas
melukiskan unsur 1 dan 2 dan secara tidak langsung berhubungan dengan
yang ke-3 (Ulangan 11:13-17).
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Seri Pemahaman Doktrin Alkitabiah: Manusia Baru |
Judul asli buku | : | Understanding Bible Teaching: The New Mans |
Penulis | : | J. I. Parker, MA, D.Phil |
Penerjemah | : | Gabriella Koswiranagara, B.Sc. |
Penerbit | : | Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA), Jakarta |
Halaman | : | 46 -- 54 |
Posting Komentar