Usaha2 mencegah itu sudah banyak kita lakukan,seperti mengingatkan mereka,melakukan pendampingan,mengarahkan upacara dst,tetapi belum menuai harapan yg maksimal.lalu kita berfikir,apakah kedewasaan iman yang memang sama sekali tidak bertumbuh,atau pendidikan Agama mereka yang sangat minim,atau menjadi orang Kristen itu adalah hannya sebagi pelengkap kehidupan? semua pertanyaan ini harusnya menjadi pertimbangan/pergumulan Gereja kedepan,utk menjadi bahan evaluasi akan mutu ke Kristenan umat kristen itu sendiri.Maka Gereja harusnya mengangkat masalah ini,utk menjadi thema pengajaran yg sekaligus pengawasan Gereja utk meningkatkan Pembinaan Pastoral demi menjaga kebenaran ajaran Kekristenan yang sekaligus mengawal iman kekristenan umat utk tidak tercecer,kasihan mereka yang masih ber iman ganda.
Dahulu semasih,saya sebagi Guru jemaat Angkatan,pengawasan,arahan ini selalu kita lakukan lewat warta gereja,yaitu mengingatkan mereka jika pergi Berjiarah ke kuburan utk tdk melakukan hal2 yang menimpang dari ajaran agama kristen,semasa itu,himbauan itu banyak di pertimbangkan jemaat,dengan bersama2,pergi berjiarah dan Doa di Pandu Sintua,nampaknya cara klasik ini,salah satu upaya yang Gereja harus lakukan,demi menghindarkan penyimpangan2 tersebut di atas.
Kutipan Sebagai Pertimbangan dalam hal Ziarah di kutip dari Kompasiana
Kebiasaan Ziarah Makam pada Umat Kristen - Katolik
OPINI | 24 December 2012 | 09:03
koleksi jappypellokila.8m.net
Anda pasti sudah pahami maksud Ziarah Makam atau Kubur, yaitu mengunjungi makam orang tua, kerabat, sahabat, dan lain-lain, kemudian menabur bunga, dan lain sebagainya.
Kebiasaan ziarah ke makam juga
(sering) dilakukan oleh Orang Kristen, umat Kristen yang belatar etnis
Timor/NTT, Minahasa, Maluku, dan juga pada Suku Batak yang beragama
Kristen.
Secara khusus, pada orang-orang NTT (di
NTT maupun diaspora), biasa melakukan ziarah ke makam pada waktu tanggal
penting dari almarhum/ah, misalnya tanggal kelahiran dan kematian.
Mereka yang ada di NTT, dan relatif dekat dengan makam orang tua dan kerabat, maka ziarah ke makam, merupakan suat kebiasan, bahkan cenderung sebagai kewajiban; hal tersebut mungkin sama pada suku-suku lainnya.
Khususnya, menjelang Hari Natal, tanggal
24 Desember, maka jika anda ada di Kuoang, maka sepanjang hari ini,
semua pemakaman di sekitar Kota Kupang, ramai bagaikan pasar malam dadakan; karena ada semacam kewajiban, sebelum merayakan Natal, harus sowan ke
orang tua. Dengan itu, bukan saja rumah di cat ulang dan tampak
barang-barang baru, namun makam orang tua pun, dibersihkan, diberi
bunga-bunga, lilin dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mereka yang diaspora, yang jauh dari makam orang tua!? ada warisan kebiasaan
yang tak terlupakan, yaitu menabur bunga (yang biasanya di tabur ada
makam) di perempatan atau pertigaan jalan; dan itu sebagai lambang bahwa
yang menabur tersebut telah ikut berziarah.
Nah …
Walaupun ziarah ke makam (terutama pada Kristen Protestan serta mazhab atau sekte-sekte Kristen lainnya), tidak dilakukan (membaca) doa arwah, pujian/nyanyian; namun ada juga orang-orang usia lanjut yang masih suka menabur bunga dan minyak wangi di atas makan sambil bicara dengan/kepada yang ada di dalam kubur.
Memang dalam/pada umat Kristen Protestan
serta mazhab atau sekte-sekte Kristen lainnya, tidak ada larangan untuk
ziarah ke makam, namun juga tak ada perintah untuk ziarah ke makam.
Karena tidak ada larangan dan perintah tersebut, maka mereka yang berziarah ke makam pun, bisa melakukan ini - itu, tetapi tidak ada doa atau bercakap-cakap
dengan yang telah meninggal, [karena menurut iman Kristen, ada batasan
yang jelas antar hidup dan kematian; masing-masing telah terpisah, dan
nanti hanya bisa disatukan pada akhir zaman].
Jadi, ziarah ke makam, pada umat Kristen
(yang tanpa doa-doa) serta Katolik (dengaan atau ada doa-doa), terutama
Kristen, umumnya merupakan warisan budaya - kebiasaan lama yang masih
dipertahankan.
Untuk setiap umatat Kristen, yang
melakukan ziarah ke makam, mempuunyai satu kesamaan pandangan, yaitu
merupakan tanda dan lambang menghormati dan penghormatan ke/pada mereka
yang telah lebih dipanggil oleh Sang Empunya Hidup dan Kehidupan.
koleksi pribadi, pada waktu ziarah di makam ayah - ibu
+ komentar + 1 komentar
Kalau saya ziarah Papa saya di Pantai..karena abunya udah ditabur di laut. Kita bisa menabur bunga di laut atau sungai mana aja.
Posting Komentar