Ziarah

             Pengalaman Berjiarah,setiap tahunnya,nampaknya tidak pernah berubah: ketika kita selalu mendampingi orang2 yg  pergi berziarah saat2 hari kematian Yesus menjelang Paskah Raya,umat Kristiani yg pergi jiarah ke kuburan itu,masih menganggapnya sebagai Tradisi yang bernuansa ideologi Agama Batak,yaitu memberi sesajen,( membawa Bir,membakar rokok2 mahal ) menagisi kepergian orang2 mati,mohon berkat/doa arang mati,dan banyak lagi.  ketika kita menjelaskan apa sebenarnya arti berjiarah yang kita lakukan pergi kekuburan,seakan semua itu adalah penghalang,bagi interaksi,pengamalan mereka,utk menghormati keluarga yg telah lebih dahulu meninggalkan semuanya.
              Usaha2 mencegah itu sudah banyak kita lakukan,seperti mengingatkan mereka,melakukan pendampingan,mengarahkan upacara dst,tetapi belum menuai harapan yg maksimal.lalu kita berfikir,apakah kedewasaan iman yang memang sama sekali tidak bertumbuh,atau pendidikan Agama mereka yang sangat minim,atau menjadi orang Kristen itu adalah hannya sebagi pelengkap kehidupan? semua pertanyaan ini harusnya menjadi pertimbangan/pergumulan Gereja kedepan,utk menjadi bahan evaluasi akan mutu ke Kristenan umat kristen itu sendiri.Maka Gereja harusnya  mengangkat masalah ini,utk menjadi thema pengajaran yg sekaligus pengawasan Gereja utk meningkatkan Pembinaan Pastoral demi menjaga kebenaran ajaran Kekristenan yang sekaligus mengawal iman kekristenan umat utk tidak tercecer,kasihan mereka yang masih ber iman ganda.
              Dahulu semasih,saya sebagi Guru jemaat Angkatan,pengawasan,arahan ini selalu kita lakukan lewat warta gereja,yaitu mengingatkan mereka jika pergi Berjiarah ke kuburan utk tdk melakukan hal2 yang menimpang dari ajaran agama kristen,semasa itu,himbauan itu banyak di pertimbangkan jemaat,dengan bersama2,pergi berjiarah dan Doa di Pandu Sintua,nampaknya cara klasik ini,salah satu upaya yang Gereja harus lakukan,demi menghindarkan penyimpangan2 tersebut di atas.

 Kutipan Sebagai Pertimbangan dalam hal Ziarah di kutip dari Kompasiana

Kebiasaan Ziarah Makam pada Umat Kristen - Katolik

OPINI | 24 December 2012 | 09:03 Dibaca: 379   Komentar: 1   Nihil
13553738622039435052
koleksi jappypellokila.8m.net
Anda pasti sudah pahami maksud Ziarah Makam atau Kubur, yaitu mengunjungi makam orang tua, kerabat, sahabat, dan lain-lain, kemudian menabur bunga, dan lain sebagainya.
Kebiasaan ziarah ke makam juga (sering) dilakukan oleh Orang Kristen, umat Kristen yang belatar etnis Timor/NTT, Minahasa, Maluku, dan juga pada Suku Batak yang beragama Kristen.
Secara khusus, pada orang-orang NTT (di NTT maupun diaspora), biasa melakukan ziarah ke makam pada waktu tanggal penting dari almarhum/ah, misalnya tanggal kelahiran dan kematian.
Mereka yang ada di NTT, dan relatif dekat dengan makam orang tua dan kerabat, maka ziarah ke makam,  merupakan suat kebiasan, bahkan cenderung sebagai kewajiban; hal tersebut mungkin sama pada suku-suku lainnya.
Khususnya, menjelang Hari Natal, tanggal 24 Desember, maka jika anda ada di Kuoang, maka sepanjang hari ini, semua pemakaman di sekitar Kota Kupang, ramai bagaikan pasar malam dadakan; karena ada semacam kewajiban, sebelum merayakan Natal, harus sowan ke orang tua. Dengan itu, bukan saja rumah di cat ulang dan tampak barang-barang baru, namun makam orang tua pun, dibersihkan, diberi bunga-bunga, lilin dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mereka yang diaspora, yang jauh  dari makam orang tua!? ada warisan kebiasaan yang tak terlupakan, yaitu menabur bunga (yang biasanya di tabur ada makam) di perempatan atau pertigaan jalan; dan itu sebagai lambang bahwa yang menabur tersebut telah ikut berziarah.
Nah …
Walaupun ziarah ke makam (terutama pada Kristen Protestan serta mazhab atau sekte-sekte Kristen lainnya), tidak dilakukan (membaca) doa arwah, pujian/nyanyian; namun ada juga orang-orang usia lanjut yang masih suka menabur bunga dan minyak wangi di atas makan sambil bicara dengan/kepada yang ada di dalam kubur.
Memang dalam/pada umat Kristen Protestan serta mazhab atau sekte-sekte Kristen lainnya, tidak ada larangan untuk ziarah ke makam, namun juga tak ada perintah untuk ziarah ke makam.
Karena tidak ada larangan dan perintah tersebut, maka mereka yang berziarah ke makam pun, bisa melakukan ini - itu, tetapi tidak ada doa atau bercakap-cakap dengan yang telah meninggal, [karena menurut iman Kristen, ada batasan yang jelas antar hidup dan kematian; masing-masing telah terpisah, dan nanti hanya bisa disatukan pada akhir zaman].
Jadi, ziarah ke makam, pada umat Kristen (yang tanpa doa-doa) serta Katolik (dengaan atau ada doa-doa), terutama Kristen, umumnya merupakan warisan budaya - kebiasaan lama yang masih dipertahankan.
Untuk setiap umatat Kristen, yang melakukan ziarah ke makam, mempuunyai satu kesamaan pandangan, yaitu merupakan tanda dan lambang menghormati dan penghormatan ke/pada mereka yang telah lebih dipanggil oleh Sang Empunya Hidup dan Kehidupan.
1356337310208296441
koleksi pribadi, pada waktu ziarah di makam ayah - ibu
Share this article :
 

+ komentar + 1 komentar

8 Juni 2016 pukul 17.45

Kalau saya ziarah Papa saya di Pantai..karena abunya udah ditabur di laut. Kita bisa menabur bunga di laut atau sungai mana aja.

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. nababanblog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger